Tuesday, June 28, 2011

Semalam (Baca - Satu Malam) Bersama Habib Ahmad al-Hadi al-Hasani di Binjal

Alhamdulillah semalam Isnin 27 Jun 2011 bersamaan 26 Rejab 1432 Hijrah alfaqir sempat bersama-sama dengan seorang tokoh ulama' muda dari leluhur Sayyidina Hasan r.a iaitu al-Habib Ahmad al-Hadi al-Hasani at-Tijani al-Maghribi.


Majlis semalam berkisar kepada Isra' wal mikraj Sayyidina Muhammad s.a.w. Tetapi Sidi al-Habib Ahmad lebih menjurus kepada Khasais Syamail ataupun sifat-sifat khusus Sayyidina Muhammad s.a.w. Menurut al-Habib kebanyakan masyarakat sudahpun mengetahui samada secara langsung mahupun tidak langsung dengan peristiwa tersebut tetapi sifat2 khusus Sayyidina wa Habibina Muhammad s.a.w tidak ramai yg mengetahuinya. Menurut al-Habib lagi masyarakat "tahu" agama tetapi malangnya tidak tahu "tuan empunya" agama yakni yang banyak berjasa memimpin ummah manusia iaitu tidak lain tidak bukan Sayyidina Rasulullah s.a.w.
al-Habib Ahmad al-Hasani juga menempelak dan menegur sesetengah "kaum" yang suka mendahulukan akal dalam pertimbangan agama. Jelas al-Habib zaman sekarang orang begitu besar akal tetapi kecil hati. Maksud beliau zaman sekarang banyak orang berpelajaran tinggi tetapi adab, akhlaq kurang sepertimana kata Hujjatul Islam al-Imam al-Ghazali bahawa banyak cendekiawan itu belum tentu ilmunya bermanfaat kerana orang yang ilmunya bermanfaat itu ialah dengan ilmunya dia takut kepada Allah. Jelas ilmu yang tinggi secara amnya belum tentu "tinggi" hidayahnya.
al-Habib juga secara terperinci menghuraikan satu persatu khasais Sayyidina wa Syafi'ina Muhammad s.a.w berbanding para Anbiya; yang lain namun ujar al-Habib ini hanyalah perbandingan dan sebenarnya Sayyidina Muhammad s.a.w itu jauh dari segala perbandingan malah tiada dapat dibanding dengan apapun. Allah!
Akhir kalam al-habib membuat kesimpulan bahawa berhenti "menjadi Tuhan" dalam setiap perkara terutama perkara2 agama. Hakikatnya orang yg mempertuhankan aqal itu sebenarnya menjadi hamba kepada nafsunya sendiri. ini bertepatan dengan maksud akal itu sendiri dari sudut bahawa iaitu tempat ikat/tambat. akal itu tempat tambat nafsu. dan nafsu itu terletak di tengah dahi kita. Justru, selalulah bersujud tanda rendah hati, tanda hamba kepada Allah. Jadilah hamba yang sebenarnya.


***banyak yg hendak ditulis lagi tapi cukuplah point yang akhir sebagai intipati. Wallahu a'lam

Monday, June 27, 2011

Wawancara Bersama Mawlana Syeikh Hisham Qabbani (qs) di Akhbar Republika Indonesia


MAULANA SYEKH MUHAMMAD HISYAM KABBANI: Tasawuf Adalah Zikir

WAWANCARA



Istilah tasawuf sering kali disalahpahami sebagian orang. Mereka memahami tasawuf hanya sebatas duduk sepanjang hari beribadah di masjid. ulu, para ahli sufi adalah pedagang di siang hari dan zuhud di kala malam,’’ ungkap tokoh sufi terkemuka asal Lebanon, Maulana Syekh Muhammad Hisyam Kabbani.

Menurut tokoh penyebar tasawuf di Benua Amerika itu, tasawuf tidak berangkat dari titik hampa. Dasar tasawuf, kata alumnus universitas Al-Azhar, Damaskus, Suriah, itu, disebutkan dua kali dalam Alquran, yakni surah al-Kahf ayat 28 dan surah al-Jin ayat 16:

Isi amar (perintah) itu menyebutkan agar belajar dari para ahli ibadah yang menghabiskan waktu mereka di malam hari untuk ta’abbuddan mengaryakan hidup mereka di kala siang guna bekerja mencari nafkah,’’ ujar Syekh Kabbani kepada wartawan Republika, Nashih Nasrullah.

Murid dari Syekh Abdullah ad-Daghestani dan Syekh Muhammad Nazim al-Haqqani itu menegaskan bahwa tasawuf adalah zikir. Sedangkan, zuhud bisa dimaknai dengan menahan diri dari segala bentuk akhlak yang tercela. Menurutnya, tak sedikit orang yang memahami zuhud dengan meninggalkan dunia lalu menyendiri ( uzlah) di tempat sepi.

Berikut petikan wawancara dengan lulusan American University Beirut, Lebanon, di bidang Kimia dan alumnus Fakultas Kedokteran University of Louvain, Belgia, itu tentang makna tasawuf yang sebenarnya:


Apa hakikat tasawuf dan aktualisasinya dalam konteks kehidupan modern?
Kehidupan modern semestinya mengikuti alur agama, bukan sebaliknya. Dan, Islam adalah tujuan utama. Sekalipun pada dasarnya saya tidak menyebut dinamika kehidupan saat ini dengan istilah modern. Tak lain karena kehidupan dari awal penciptaan Adam AS sampai hari kiamat nanti sejatinya tidak berbeda, masih kehidupan yang sama.
Kehidupan yang ada ialah fase peralihan antara dunia dan akhirat. Di fase inilah, kita wajib menaati apa yang diperintahkan oleh Allah. Melaksanakan kelima rukun Islam dan meyakini keenam rukun iman. Tak ketinggalan di aspek ihsan, seyogianya kita jalani langkah-langkah menyucikan jiwa ( tazkiyat an-nafs) dari segala bentuk sifat tercela. Inilah pada dasarnya makna dan inti tasawuf. Hakikat tasawuf bukanlah hal yang baru. Tidak ada yang berubah dari tasawuf sejak masa Rasulullah hingga periode sekarang.

Lantas, apa dasar kemurnian ( ashalat) tasawuf dalam koridor yang Syekh sebutkan?
Tasawuf tidak berangkat dari titik hampa. Dasar tasawuf disebutkan dua kali dalam Alquran. Pertama, saat Allah memerintah Rasulullah untuk memperhatikan para ahlu shufah dalam surah al-Kahfi ayat 28, yang berbunyi: “Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridaan-Nya”.
Sedang ayat yang kedua terdapat pada surah al-Jin ayat 16: “Dan bahwasanya, jikalau mereka tetap berjalan lurus di atas jalan itu (agama Islam), benar-benar Kami akan memberi minum kepada mereka air yang segar (rezki yang banyak). Perintah ini ditujukan secara umum, baik untuk Rasulullah maupun umatnya.” Isi amar(perintah) itu menyebutkan agar belajar dari para ahli ibadah yang menghabiskan waktu mereka di malam hari untuk ta’abbuddan mengaryakan hidup mereka di kala siang guna bekerja mencari nafkah. Tidak sebagaimana yang disalahpahami sebagian orang. Mereka memahami tasawuf sebatas duduk sepanjang hari beribadah di masjid. Dulu, para ahli sufi adalah pedagang di siang hari dan para zuhud di kala malam.
Tasawuf adalah zikir. Hal ihwal zikir banyak disebutkan dalam Alquran. Tidak ada yang baru. Tak seorang pun laik berasumsi tasawuf ialah perkara baru. Apabila mereka benar-benar mengerti Alquran dan hadis ditambah dengan penguasaan pendapat para imam, seperti Abu Hanifah, Malik, Syafi’i, dan Hanbali, terkait tasawuf, maka asumsi-asumsi miring tentang tasawuf tak akan pernah muncul.

Lalu, mengapa banyak penggunaan simbol-simbol dalam tasawuf?
Kita tidak pernah bersinggungan dengan simbol dan istilah-istilah itu. Tanyakan kepada mereka yang melontarkan. Prinsip kita selaras dengan syariah. Tiap hal yang keluar dari syariah, kita tolak, baik dalam tarekat Naqsyabandiyah maupun mayoritas tarekat yang pernah ada. Perkara yang sesuai syarat sebagaimana berlaku di empat mazhab, maka kita sambut. Jangan berbicara dengan saya tentang wihdat al-wujudIbnu Arabi ataupun teori-teori teosofi lainnya. Kita tidak terima!

Dalam bertasawuf dituntut keberadaan mursyid, menurut Syekh?

Siapa yang bilang ada tuntutan itu. Keberadaan mursyid bukan syarat utama bertasawuf. Sangat mungkin Anda bertasawuf dengan menyucikan dan memperbaiki akhlak Anda tanpa bimbingan syekh. Kecuali, jika kondisi memang mendorong Anda untuk mengikuti seorang syekh, seperti khawatir tergelincir, dalam keadaan seperti ini sebaiknya Anda mengikuti dan bertaklid kepada syekh, baik dalam amalan maupun wirid-wirid.
Jika tidak, tempalah diri Anda sendiri dengan akhlak-akhlak yang mulia. Tetapi, coba Anda renungkan hikmah di balik Allah mengutus Jibril untuk menyampaikan wahyu kepada Rasulullah. Mengapa harus melalui Jibril? Apakah Allah tidak mampu, sampai mesti menempatkan Jibril sebagai perantara? Bukankah Allah pernah secara langsung berbicara kepada Musa AS?
Ada satu pelajaran yang hendak Allah sampaikan, jika ingin konsisten dan berkomitmen, laksanakan ajaran agama dan ikutilah sosok yang dapat dijadikan sebagai pembimbing. Sebagaimana yang dicontohkan Rasulullah dalam soal wahyu ataupun tatkala hijrah ke Madinah. Beliau meminta Abu Bakar as-Shiddiq untuk mengarahkan jalan. Terlebih dengan masalah penempaan spiritual. Dalam kondisi tertentu sangat memerlukan pembimbing karena dinamikanya sulit dan berliku. Alangkah lebih baik dan berhati-hati jika Anda berguru kepada seorang syekh. Tugas syekh adalah membimbing dan mengarah kan. Tidak lebih dan tidak kurang.

Bagaimana Syekh memaknai zuhud dalam konteks kekinian?
Zuhud saat ini bisa kita maknai dengan menahan diri dari segala bentuk akhlak yang tercela. Zuhud dari segala apa yang dilarang oleh Allah. Berzuhudlah dalam hal itu. Zuhud yang hakiki ialah zuhud dengan pengertian ini. Jangan ikuti perbuatan-perbuatan mungkar. Lakukan amalan-amalan terpuji dan perbuatan yang diperintahkan.
Tak sedikit orang yang memahami zuhud adalah meninggalkan dunia lalu menyendiri ( uzlah) di tempat sepi. Zuhud yang utama justru adalah berinteraksi dengan sesama manusia sembari terus berzikir kepada Allah. Zuhud seperti ini jauh lebih bermanfaat bagi Anda dan mereka. Pemahaman zuhud yang menafikan kehidupan dunia adalah distorsi yang berusaha dimasukkan di luar pegiat tasawuf. Padahal pada intinya, zuhud adalah meninggalkan larangan dan menjalani perintah.

Perbincangan terhenti sejenak. Seorang pengikut tarekat Naqsyabandiyah dari Sukabumi, Jawa Barat, bertandang ke Syekh. Tujuan kedatangannya untuk meminta sanad tarekat yang ia tekuni. Tanpa berpikir panjang, Syekh pun lantas memberikan sanad dan izin untuk menyebarkan tarekat Naqsyabandiyah di wilayahnya. Belum lama tamu tersebut beranjak, sepasang calon suami istri yang berencana melangsungkan pernikahan pada bulan haji mendatang meminta nasihat kepada Syekh. Syekh lalu memberi petuah bijak tentang kunci keluarga sakinah. “Jangan bertengkar,” ujarnya. Perteng karan hanya akan membuahkan kebencian. Dalam keluarga kedua pasangan adalah mitra, tempat saling berbagi. Berbagai masalah diselesaikan dengan arif, tanpa mengedepankan ego dan emosi masing-masing. “Terapkan agama dalam keluarga,” imbuh Syekh.

Suasana hikmat itu berganti ceria dan kebahagian. Sosok alim Syekh menyimpan sisi manusiawi yang humoris. Sutradara dan artis kawakan, Dedy Mizwar, menyusul kemudian untuk menghadap dan berbincang dengan Syekh. Syekh melontarkan humor ringan, tapi memberikan wawasan dan pengetahuan. Syekh menguraikan asal kata Mizwarmenurut etimologi bahasa Arab, berikut kata-kata yang hampir berdekatan dengan kata Mizwar. Mizwarberarti orang yang suka berkunjung atau bepergian. Sedang miswak adalah orang yang suka bersiwak. Adapun Mizwarbermakna orang yang suka kawin. “Manakah nama Anda,” seloroh Syekh yang diikuti tawa para tamu.

Gerakan tasawuf konon hingga sekarang menjadi daya pendorong perubahan, menurut Syekh?
Anda perlu ingat, tasawuf bukan gerakan. Tetapi, tasawuf adalah aktualisasi agama. Selama tidak ada pelaksanaan ihsan dan penempaan akhlak, maka bukan berarti tasawuf. Ihsan yang dimaksud sebagaimana ditegaskan dalam sebuah hadis, yakni menyembah Allah seolah-olah kita melihat-Nya. Jika tidak, bersikaplah seakan Allah melihat tiap gerakan kita. Sekali lagi, tasawuf bukan gerakan, melainkan bagian yang tak terlepas dari agama. Alasan inilah yang mendasari Syekh Al-Azhar, Kairo, Mesir, Prof Ahmed El Thayyib, untuk membentuk Asosiasi Muslim Sufi pertama di dunia.
Asosiasi itu mengumpulkan para sufi di bawah satu komando untuk menunjukkan nilai-nilai tasawuf di tengah-tengah konspirasi kubu yang kontra terhadap tasawuf. Kini posisi tasawuf semakin jelas. Tasawuf kembali seperti posisi semula dalam agama.

Maqam tasawuf paling dasar adalah tobat, bagaimana kriteria tobat yang diterima?
Tobat selalu diterima oleh Allah. Jangan mengira tobat hamba akan ditolak. Selama Anda niat sepenuh hati untuk bertobat atas perbuatan dosa atau khilaf yang Anda lakukan, Allah akan ampuni segenap dosa. Sebagaimana firman-Nya, “Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (QS az-Zumar [39]: 53).
Jangan berputus asa dari rahmat Allah. Teruslah berusaha dan mintalah selalu pengampunan. Para sahabat tiap kali berbuat salah pergi ke Rasulullah dan beristighfar di hadapannya. Kisah ini tertuang apik dalam Alquran. Rasulullah pun memintakan ampun kepada Allah bagi mereka. Kini, para ulama juga menilai memintakan ampun terhadap Rasulullah juga menjadi syarat penting diterimanya tobat.

Apa petuah Syekh untuk umat Islam di Indonesia?
Bersatulah! Taati Allah, Rasul, dan para ulil amri. Perhatikan dan cermati kemelut perpolitikan serta perang saudara yang kini berkecamuk di Dunia Arab, sesama umat Islam saling bunuh. Jangan tiru mereka. Selesaikan segala persoalan dengan arif dan bijaksana. Terlebih sekarang, fitnah kian marak di tengahtengah hidup manusia.
Fitnah yang ada kini tidak memandang usia, tempat, ataupun kondisi. Ini pertanda dekatnya hari akhir. Jangan keluar rumah tanpa keperluan mendesak. Untuk stabilitas ekonomi Indonesia, saya sarankan agar berinvestasi emas. Akan datang masa tatkala mata uang tak lagi bernilai. Kita tidak ingin Indonesia menjadi Zimbabwe berikutnya. Mata uang di sana tak berharga. Nominal triliunan nilainya tak sebanding, uang mereka jatuh. Investasilah pada emas. Insya Allah bangsa Indonesia akan selamat.

Hayati Ruh Isra' Mikraj


Selamat Menyambut Malam Isra' Mi'raj dan 'istimewakanlah' malam yang istimewa ini!

Assalamualaikum semua,

Insya Allah kita akan menyambut perayaan Isra' Mi'raj.

Menurut kitab Futuhat Haqqaniah Sh Adnan Thahir al Qabbani, antara amalan dan adab yang boleh kita lakukan pada malam ini adalah:

1) Niat menyambut malam istimewa ini

2) Adab2 tarekat

3) Dua' yang ma'thur dari Sultanul Awliya'

4) Khatam khawajakan dan zikr

5) Membaca maulid as Syarif

6) Solat Tasabih 4 rakaat

7) Solat sunat Syukur beserta doa Qunut

8) al Ihda' ... "ila syarafin nabiy saw...."

9) Doa dan al Fatihah

10) Disunatkan puasa pada hari ke 27

11) Disunatkan menyembelih 2 ekor korban syukran lillah.. tanda syukur kepada Allah dan menjamu fakir miskin.

12) Hari terakhir Rajab juga disunatkan berpuasa....

Selamat beramal!!!

sumber : http://www.rawatanislam2u.com/2011/06/adab-dan-amalan-isra-miraj.html

Sunday, June 26, 2011

MENGENAI BULAN REJAB


(berdasarkan kitab Bada-I’uz Zuhur – Segugus Bunga Nan Indah karya Al-‘Alim Al-‘allamah Az-Zaki Syeikh Wan Ahmad Bin Muhammad Zain Al-Fathani)
**Petikan mengenai bulan Rejab ini telah diubahsuai sedikit dan di ambil bermula pada halaman 64-67.

Menurut Al-‘Alim Al-‘allamah Az-Zaki Syeikh Wan Ahmad Bin Muhammad Zain Al-Fathani, barangsiapa berpuasa sehari daripada Rejab semata-mata kerana iman dan ihtisab, yakni mengira-ngirakan pahala, nescaya akan diberikannya keridhaan daripada Allah yang amat besar iaitu dikurniakan syurga Firdaus yang maha tinggi. Telah menaqalkan Al-‘Alim Al-‘allamah Az-Zaki Syeikh Wan Ahmad Bin Muhammad Zain Al-Fathani bahawa telah bersabda Nabi s.a.w:

“Apabila adalah awal malam daripada Rejab telihat Allah s.w.t padanya atas umatku mengampuni Ia bagi segala yang berdosa. Dan memulia Ia akan segala yang taubat. Dan me[ng]hamper Ia akan segala yang berzikir. Dan menyampai Ia akan segala yang bersungguh-sungguh. Maka barangsiapa yang berdiri, ertinya kerana sembahyang , dan mengerjakan taat pada malam itu, nescaya berpagi-pagi ia diampuni baginya. Dan barangsiapa puasa akan demikian bulan itu sekaliannya, menyerukan dia Allah Ta’ala, “Hai hamba-Ku telah wajib hak engkau atas-Ku. Maka pohon olehmu akan Daku. Dan demi kemuliaan-Ku dan kebesaran-Ku, tiada Aku tolak bagimu akan doa. Dan engkau jar-Ku, ertinya yang hampir kepada-Ku, di bawah ‘arasy-Ku. Dan Engkau kekasih-Ku dan makhluk-Ku. Dan engkau yang mulia atas-Ku. Suka olehmu, maka tiada hijab antara engkau dan antara-Ku.”

Diriwayatkan bahawasanya ditanyakan Nabi s.a.w daripada mereka yang lemah daripada puasa Rejab, sabdanya, “Bersedekah ia tiap-tiap hari sebiji roti.” Disembahkan, “Maka jika tiada mendapat ia akan dia?” Sabdanya, “Membaca :

سُبْحَانَ مَنْ لاَ يَنْبَغِي التَّسْبِيْحُ إِلاَّ لَهُ. سُبْحَانَ الأَعَزِّ الأَكْرَمِ. سُبْحَانَ مَنْ لَبِسَ الْعِزِّ وَ هُوَ لَهُ أَهْلٌ

Dan membilang di dalam Raudhah, “Setengah daripada barang yang dimustajabkan padanya doa itu awal daripada bulan Rejab.”
Wallahu a’lam.

Saturday, June 25, 2011

MAJLIS LANTUNAN MAHABBAH BERSAMA ULAMA' 2011


JANGAN LEPASKAN PELUANG INDAH DAN SYAHDU INI



Masih tergambarkah ketika 4 mac 2011 anda bersama hampir 4000 pencinta rasul berpakaian putih di kediaman rasmi MB…penuh syahdu berzikir, berselawat lalu berdoa untuk hadir lagi dalam majlis seumpama itu
Alhamdulilah… kini untuk kali kedua nya kita himpunkan lebih ramai lagi bagi memastikan semua kita dapat merasai suasana penuh syahdu dan indah itu
Bayangkan untuk kali ini sasaran kita 8000 pencinta rasul berkumpul
Semua bertahlil seorang 100 kali, tasbih ,tahmid, takbir,berselawat 100 kali, semua menadah tangan bermunajat berdoa kepada Allah
Sedarkah kah kita pada hari itu sebenarnya kita mengumpulkan
- 800 000 kali tahlil,
- 800 000 kali tasbih, tahmid takbir,
- 800 000 kali selawat,
- 1 600 000 tangan menadah memohon doa untuk kita dan keluarga serta kepada yang telah meninggal memerlukan doa dari kita juga kesejahteraan negeri kedah dan Ummah
Ayuh pastikan anda tidak ketinggalan pada 08.07.2011 di stadium sultan abd.halim

YANG MAMPU ANDA LAKUKAN
SEBELUM 8 JULAI –

1. *TANAMKAN AZAM DAN NIAT UNTUK HADIR BERSAMA PADA 8 JULAI 2011
2. * BERAZAM UNTUK MEMBAWA SELURUH AHLI KELUARGA AGAR MEREKA JUGA MENDAPAT MENAFAATNYA
3. * BERAZAM UNTUK MENGAJAK 10 RAKAN/JIRAN YANG LAIN UNTUK HADIR
4. * MAKLUMKAN KEPADA RAKAN TAULAN, JIRAN MELALUI POSTER EDARAN HANDBILL SMS, TELEFON, FACEBOOK, BLOG LAMAN WEB DAN SEBAGAINYA. DIMASJID DAN SURAU SERTA MAJLIS ILMU DAN KERAMAIAN
5. * INGATKAN DAN PESAN KEPADA MEREKA UNTUK TIDAK LUPA TARIKH 8 JULAI
6. * BANYAK KAN SELAWAT, ZIKIR DAN ISTIQFAR SUPAYA KEHADIRAN KITA DENGAN HATI YANG BERSIH ( CADANGAN 5000 SELAWAT DAN 5 000 ISTIQFAR)
7. * SEDIAKAN PAKAIAN PUTIH
8. * HANTARAN BORANG TAHLIL KHUSUS UNTUK ARWAH KEPADA MAAHAD DARUL HADIS ATAU MANA-MANA KELAS PENGAJIAN PAKSI SEBELUM 8 JULAI.

PADA 8 JULAI
PASTIKAN SAUDARA

1. NIATKAN HADIR SEMATA-MATA KERANA ALLAH UNTUK MENGAGUNGKAN DAN MEMUJI ALLAH DAN RASULNYA
2. BERPAKAIAN PUTIH DAN BERWANGIAN SERTA BAWA SEDIKIT JUADAH
3. SAMPAI SEBELUM JAM 7.50 PAGI
4. PENUHI TIAP PINTAAN DARI PENGACARA MAJLIS DAN SYEIKH
5. BERSAMA MENGIKUTI SEMUA ACARA HINGGA TAMAT

MAKLUMKAN KEPADA SEMUA ORANG YANG ANDA KENALI
SEORANG YANG HADIR ATAS JEMPUTAN ANDA ... SETIAP AMALAN NYA SEPANJANG MAJLIS TERSEBUT PAHALA NYA JUGA UNTUK ANDA . REBUTLAH PELUANG INI ... YANG BUKAN SELALU DATANG.....

Wednesday, June 15, 2011

REJAB BULAN TAUBAT


Ahlan wa Sahlan Ya Syahr Rajab. Bulan Rejab merupakan antara bulan-bulan yang mulia dan merupakan awal daripada rangkian tiga bulan yang teristimewa dan mulia selain Sya'aban dan Ramadhan. Inilah bulan yang ditunggu-tunggu dan di rindui oleh sekelian solihin dan auliya' Allah untuk bersiap sedia sebelum menyambut syahr a'dzam iaitu Ramadhan.

Sebahagian ulama' menyata bahawa bulan Rejab ialah bulan bertaubat, bulan untuk memperbanyakkan istighfar. Di sebutkan bahawa apabila Rasulullah s.a.w "sampai" pada bulan Rejab maka Baginda s.a.w akan berdoa dengan doa ini :-


Menurut Imam al-Ghazali didalam kitabnya Mukasyafatul Qulub bahawa Rasulullah s.a.w bersabda "Rejab adalah Bulan Allah, Sya'aban itu bulanku, dan Ramadhan adalah bulan umatku." Telah menulis Hujjatul Islam al-Imam al-Ghazali r.a dalam kitab Mukasyafatul Qulub lagi bahawa telah di rawikan, bahawa ketiga sepertiga malam sepertiga malam hari Jumaat bulan Rejab, semua malaikat memohon di ampunkan untuk orang yang berpuasa di bulan Rejab. Dari Anas r.a, dia berkata :"Telah bersabda Rasulullah s.a.w : "Siapa berpuasa tiga hari dari bulan haram, dituliskan untuknya pahala ibadah sembilan ratus tahun." Dan berkata Anas r.a: "Pekak sajalah kedua telingaku jika aku tidak mendengarnya dari Nabi s.a.w".



Al-Faqir mengajak kepada para sahabat marilah kita mula melipatgandakan amalan-amalan dan istiqamah dengan amalan-amalan yang telah pun menjadi rutin untuk mencari redhaanya. Mana tahu mungkin Rejab ini merupakan Rejab akhir kita? Ya Allah..sampaikan kami di bulan RamadhanMu...terimalah amalan kami ini.
p/s:InshaAllah al-faqir akan muatkan istighfar2 terpilih dan doa2 yg diamalkan oleh salafus soleh khusus pada bulan Rejab di ruangan AURAD DAN AD'IYYAH

Monday, June 13, 2011

DEBAT IMAM ABU HANIFAH




Pada suatu ketika, kota Baghdad didatangi oleh seorang pendakwah Yahudi bernama Dahri. Kedatangannya mencetuskan kegemparan dikalangan umat Islam. Dahri cuba merosakkan pegangan umat Islam dengan membahaskan soal-soal yang berhubung kait denngan ketuhanan. Dicabarnya para ulama Baghdad untuk berdebat dengannya. ...Setiap kali cabarannya disahut, hujah-hujah Dahri tidak pernah dapat dipatahkan sehingga akhirnya tidak ada lagi ulama Baghdad dan ulama-ulama disekitarnya yang sanggup berhadapan dengannya. Dari kejadiannya ini, tahulah Khalifah bahawa Baghdad sudah ketiadaan ulama yang benar-benar berwibawa dan tinggi ketaqwaannya. Lalu Khalifah memerintahkan beberapa orang menteri meninjau ke daerah lain, kalau-kalau masih ada ulama yang boleh dibawa berdepan dengan Dahri. Akhirnnya wakil Khalifah menemui Imam Hammad bin Abi Sulaimann Al-Asy ari, seorang ulama yang tidak kurang juga ketokohannya. Khalifah memerintahkan supaya hari perdebatan antara Imam Hammad dan Dahri disegerakan. Dan majlis bersejarah itu mesti dibuat di Masjid Jamek di tengah-tengah kota Baghdad. Sehari sebelum pertemuan tu lagi, Masjid Jamek telah penuh sesak dengan orang ramai. Masing-masng menaruh harapan agar Imam Hammad berjaya menumbangkan Dahri kerana beliaulah satu-satunya ulama yang diharapkan.
"Subhanallah.... Subhanallah .... Walauhaulawala quwwata illa billahil 'aliyyil adzim....!" Lidah Imam Hammad terus melafazkan kalimat mensucikan segala tohmahan yang tidak layak bagi Zat yang Maha Agung. Dia beristighfar terus. Rasanya dah tidak sanggup telinganya menadah bermacam tohmahan yang dilemparkan oleh Dahri yang biadab dan matarialis itu. Mempertikaikan KeEsaan Allah SWT bukanlah perkara kecil dalam Islam. Ini kes berat! Hatinya cukup pedih. Roh ketauhidannya bergelora. Mahu rasanya dipenggal leher si Dahri yang angkuh itu di depan ribuan mata yang turut hadir dalam majlis itu.

Keesokannya, pagi-pagi lagi muncul Abu Hanifah, murid Imam Hammad yang paling rapat dan yang paling disayanginya. Namanya yang sebenar ialah Nu' man, yang ketika itu usiannya masih lagi remaja. Bila ternampak keadaan gurunya itu, Abu Hanifah pun bertanya untuk mendapat kepastian. Lalu Imam Hammad menceritakan keadaan yang sebenar. Dalam pada itu teringat Hammad akan mimpinya malam tadi, lalu dikhabarkan kepada muridnya itu. Abu Hanifah mendengarnya dengan penuh khusyuk.
"...Aku bermimpi ada sebuah dusun yang amat luas lagi indah. Di sana kulihat ada sepohon kayu yang rendang dan lebat buahnya. Tiba-tiba, di situ keluar seekor khinzir dari hujung sebuah kampung. Lalu habis dimakannya buah-buahan yang masak ranum dari pokok itu. Hingga ke daun dan dahan-dahannya habis ditutuh.Yang tinggal cuma batangnya sahaja.Dalam pada itu juga keluar seekor harimau daripada umbi pohon rendang tadi lalu menerkam khinzir itu dengan gigi dan kukunya yang tajam.Lalu,khinzir tadi mati disitu juga."

Hammad termenung seketika. Kekalutan pemikiran yang telah dicetuskan Dahri, yang boleh menggugat pegangan aqidah umat ini,tidak boleh di biarkan. Mesti dihapuskan segera. Wajahnya yang tenang bagai air sungai yang mengalir jernih, masih nampak bercahaya walau di saat sebegitu genting. Satu kelebihan Abu Hanifah ialah beliau juga dikurniakan Allah ilmu menta'bir mimpi, sebagai mana nabi Allah Yusuf. Pada pengamatannya juga, mimpi tersebut akan memberi petanda baik bahawa si Dahri pasti akan menerima padahnya nanti. Dan setelah mendapat keizinan gurunya, dia pun cuba mentafsirnya:
" Apa yang tuan lihat dalam mimpi tuan sebagai dusun yang luas lagi indah itu adalah tamsilan kepada agama Islam kita. Pokok yang berbuah lebat itu adalah tamsilan kepada sekalian ulamannya. Manakala sepohon kayu yang masih tinggal itu adalah tuan sendiri. Dan khinzir yang tiba-tiba muncul dan merosakkan pohon tersebut ialah si Dahri. Manakala harimau yang keluar lalu membunuh khinzir tadi... adalah saya..." jelas Abu Hanifah.




Beliau juga memohon izin untuk membantu gurunya berdepan dengan si Dahri. Betapa gembiranya hati Iman Hammad bila tercetusnya hasrat itu dari hati muridnya sendiri. Maka berangkatlah ilmuan budak itu bersama gurunya untuk pergi ke Masjid Jamek di mana majlis dialog akan diadakan yang dihadiri oleh orang ramai dan Khalifah. Seperti biasanya, sebelum menyampaikan dakyahnya, Dahri akan mencabar dan memperleceh-lecehkan ulama dengan bersuara lantang dari atas pentas.
" Hai Dahri, apalah yang digusarkan. Orang yang mengetahuinya pasti menjawabnya!" Tiba-tiba suara Abu Hanifah memeranjatkan Dahri dan menyentakkan kaum Muslimin yang hadir. Dahri sendiri terkejut. Matanya memandang tajam mata Abu Hanifah.
" Siapa kamu hai anak muda? Berani sungguh menyahut cabaranku...Sedangkan ulama yang hebat-hebat, yang berserban dan berjubah labuh telah ku kalahkan...!" Lantang suara Dahri membidas Abu Hanifah.
" Wahai Dahri," balas Abu Hanifah," sesungguhnya Allah tidak mengurniakan kemuliaaan dan kebesaran itu pada serban atau jubah yang labuh. Tetapi Allah mengurniakan kemuliaan kepada orang-orang yang berilmu dan bertaqwa." Abu Hanifah lalu membacakan sebuah firman Allah SWT yang bermaksud:
" Allah telah meninggikan darjat orang beriman dan berilmu antara kamu beberapa darjat." (Al-Mujadalah : 11 )
.

Geram rasanya hati Dahri mendengarnya kepetahan lidah pemuda ini berhujah. Maka berlangsunglah majlis dialog.perdebatan antara Abu Hanifah dengan tokoh Ad- dahriayyah, yang terkenal dengan pemikiran materialis dan ateisnya itu,berlangsung dengan mendebarkan.
"Benarkah Allah itu wujud?," soal Dahri memulakan majlis dialognya.
"Bahkan Allah memang wujud," tegas Abu Hanifah.
"Kalau Allah maujud (wujud), di manakah tempatnya..??" Suara Dahri semakin meninggi.
"Allah tetap wujud tetapi dia tidak bertempat!" jelas Abu Hanifah.
"Hairan, kau kata Allah itu wujud, tetapi tidak bertempat pula...?" bantah Dahri sambil melemparkan senyuman sinisnya kepada hadirin.
"Ah, itu senang sahaja wahai Dahri. Cuba kau lihat pada dirimu sendiri. Bukankah pada dirimu itu ada nyawa..." Abu Hanifah mula berhujah. Orang ramai mula memerhatikan gaya ilmuan muda ini berpidato dengan penuh minat.
"Bahkan, memang aku ada nyawa, dan memang setiap makhluk yang bernafas itu ada nyawa...!" sahut Dahri.

"Tetapi adakah kau tahu di manakah letaknya nyawa atau rohmu itu...? Dikepalakah, diperutkah atau adakah dihujung tapak kakimu..?" Terserentak Dahri seketika. Orang ramai mula berbisik-bisik sesama sendiri. Setelah itu Abu Hanifah mengambil pula segelas susu lalu ditunjukkan pada Dahri, seraya berkata: " Adakah dalam air susu ini ada terkandung lemak...?"
Pantas Dahri menjawab, "Ya, bahkan!"

Abu Hanifah bertanya lagi, "Kalau begitu dimanakah lemak itu berada...? Di bahagian atasnyakah atau dibawahkah...?" Sekali lagi Dahri terserentak, tidak mampu menjawab pertanyaan Abu Hanifah yang petah itu. "Untuk mencari dimanakah beradanya roh dalam jasad dan tersisip dimanakah kandungan lemak dalam air susu ini pun kita tidak upaya, masakan pula kita dapat menjangkau dimanakah beradanya Zat Allah SWT di alam maya ini? Zat yang telah mencipta dan mentadbir seluruh alam ini termasuk roh dan akal dangkal kita ini, pun ciptaan-Nya, yang tunduk dan patuh di bawah urusan tadbir kerajaan-Nya Yang Maha Agung...!" Suasana menjadi agak bingar. Dahri terpaku di kerusi. Terbungkam lidahnya. Merah mukanya. Kesabarannya mula terburai. Bila keadaan agak reda, Dahri membentangkan soalan.
"Hai anak muda! Apakah yang wujud sebelum Allah. Dan apa pula yang muncul selepas Dia nanti..." Semua mata tertumpu pada Abu Hanifah, murid Imam Hammad yang pintar ini.
"Wahai Dahri! Tidak ada suatu pun yang wujud sebelum Allah Taala dan tidak ada sesuatu jua yang akan muncul selepas-Nya. Allah SWT tetap Qadim dan Azali. Dialah yanng Awal dan Dialah yang Akhir", tegas Abu Hanifah, ringkas tapi padat.
"Pelik sungguh! Mana mungkin begitu....Tuhan Wujud tanpa ada permulaan Nya? Dan mana mungkin Dia pula yang terakhir tanpa ada lagi yang selepas Nya....?" Dahri cuba berdalih dengan minda logiknya.

Dengan tersenyum Abu Hanifah menjelaskan, "Ya! Dalilnya ada pada diri kamu sendiri. Cuba kau lihat pada ibu jari mu itu. Jari apakah yang kau nampak berada sebelum jari ini..?" Sambil menuding ibu jarinya ke langit. Dan beberapa hadirin turut berbuat demikian. "Dan pada jari manis kau itu, ada lagikah jari yang selepasnya..." Dahri membelek-belek jarinya. Tidak terfikir dia persoalan yang sekecil itu yang diambil oleh Abu Hanifah. "Jadi...! Kalaulah pada jari kita yang kecil ini pun, tidak mampu kita fikir, apatah lagi Allah SWT Zat Yang Maha Agung itu, yang tiada suatu pun yang mendahului-Nya dan tiada sesuatu yang kemudian selepas-Nya."

Sekali lagi Dahri tercenggang. Bungkam. Namun masih tidak berputus asa untuk mematahkan hujah anak muda yang telah memalukannya di khalayak ramai. Khalifah memerhatikan sahaja gelagat Dahri dengan penuh tanda tanya. Dahri berfikir seketika, mencari jalan, mencari idea. Semacam suatu ilham baru telah menyuntik mindanya, ia pun tersenyum. Hati Dahri bergelodak bagai air tengah menggelegak.
"Ini soalan yang terakhir buat mu, hai.. budak mentah!" Sengaja Dahri mengeraskan suaranya agar rasa malunya itu terperosok.
"Allah itu ada, kata mu. Ha! apakah pekerjaan Tuhan mu ketika ini ?" Soalan tersebut membuat Abu Hanifah tersenyum riang.
"Ini soalan yang sungguh menarik. Jadi kenalah dijawab dari tempat yang tinggi supaya dapat didengar oleh semua orang," Katanya. Pemuda ideologi Ad- Dahriyyun yang sedari tadi mentalitinya dicabar terus, berjalan turun meninggalkan mimbar masjid Jamek, memberi tempat untuk Abu Hanifah:
"Wahai sekelian manusia. Ketahuilah bahawa kerja Allah ketika ini ialah menggugurkan yang bathil sebagaimana Dahri yang berada di atas mimbar, diturunkan Allah ke bawah mimbar. Dan Allah juga telah menaikkan yang hak sebagaimana aku, yang berada di sana, telah dinaikkan ke atas mimbar Masjid Jamek ini... !"
Bagai halilintar, hujah Abu Hanifah menerjah ke dua-dua pipi Dahri. Seiring dengan itu bergemalah pekikan takbir dari orang ramai.




Mereka memuji-muji kewibawaan Abu Hanifah yang telah berjaya menyelamatkan maruah Islam dari lidah Dahri yang sesat lagi menyesatkan itu. Sehingga ke hari ini, nama Imam Abu Hanifah terus dikenali keserata dunia sebagai seorang Fuqaha dan salah seorang daripada Imam Mujtahid Mutlak yang empat. Kemunculan Mazhab Hanafi dalam fiqh Syar'iyyah, juga mengambil sempena nama ulama ini.